Teori-teori Kepemimpinan (Teori Orang-orang Besar)
Dalam suatu kepemimpinan, tentu pada dasarnya ada teori yang
menjadi dasar terbentuknya kepemimpinan. Berikut ini merupakan 4 teori
kepemimpinan, yaitu:
1. Teori Great Man dan Teori Big Bang
Dalam teori Great Man dan Big Bang, suatu kepemimpinan
merupakan bakat atau bawaan yang sudah muncul sejak seseorang dilahirkan ke
dunia. Bennis & Nanus (1990) menjelaskan bahwa teori ini berasumsi pemimpin
bukan diciptakan, melainkan dilahirkan.
Kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui
proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki
bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. Seperti istilah “Asal Raja
Menjadi Raja”.
Suatu peristiwa besar bisa menciptakan seseorang menjadi
pemimpin. Seorang pemimpin mampu mengintegrasikan antara situasi dan pengikut.
Dan situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan,
pemberontakan, reformasi, dll. Dalam hal ini, pengikut adalah orang yang
menokohkan seseorang dan bersedia patuh dan taat.
2. Teori Sifat
(Karakteristik) Kepribadian / Trait Theories
Dalam teori ini, seseorang dapat menjadi pemimpin apabila
memiliki sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Dan titik tolak teori
ini menyebutkan bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat
kepribadian baik secara fisik maupun psikologis. Keefektifan pemimpin
ditentukan oleh sifat, perangai atau ciri kepribadian yang bukan saja
bersumber dari bakat, tapi dari pengalaman dan hasil belajar.
Tetapi di dalam Teori Sifat, terdapat kelemahan sebagai
berikut: tidak selalu ada relevansi antara sifat-sifat yang dianggap unggul
dengan efektivitas kepemimpinan, situasi dan kondisi tertentu yang ternyata
memerlukan sifat tertentu pula berbeda dari yang lain.
3.
Teori Perilaku (Behavior Theories)
Disebutkan di dalam teori ini, bahwa keberhasilan seorang
pemimpin sangat tergantung pada perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpina. Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara melakukan
pengambilan keputusan, cara memerintah (instruksi), cara memberikan tugas, cara
berkomunikasi, cara mendorong semangat bawahan, cara membimbing dan
mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan
memberikan sanksi.
Berikut
ini merupakan bagian dari Teori Perilaku :
- Teori X dan Y
- Studi Kepemimpinan Universitas IOWA
- Studi Kepemimpinan Universitas OHIO
- Studi Kepemimpinan Universitas Michigan
- Managerial Grid
- Empat Sistem Manajemen Likert
4. Teori Kontingensi atau Teori Situasional
Teori Kontingensi atau Teori Situasional ini menyebutkan
bahwa resistensi atas teori kepemimpinan sebelumnya yang memberlakukan
asas-asas umum untuk semua situasi. Teori ini berpendapat bahwa tidak ada satu
jalan (kepemimpinan) terbaik untuk mengelola dan mengurus satu organisasi.
Sumber: http://rosdianya.wordpress.com/2011/12/20/teori-teori-kepemimpinan
Pengertian Postmodernisme
Postmodernisme
adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah
faham tunggal sebuah teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran
dan sulit dicari titik temu yang tunggal. Banyak
tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari
modernisme. Namun kelanjutan itu menjadi sangat beragam. Bagi Lyotard dan Geldner, modernisme adalah
pemutusan secara total dari modernisme. Bagi Derrida,
Foucault
dan Baudrillard, bentuk radikal dari kemodernan
yang akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori. Bagi David Graffin,
Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari moderinisme. Lalu bagi Giddens, itu adalah bentuk modernisme yang
sudah sadar diri dan menjadi bijak. Yang
terakhir, bagi Habermas,
merupakan satu tahap dari modernisme yang belum selesai.
Etimologi
Berdasarkan
asau usul kata, Post-modern-isme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya
faham (isme), yang berkembang setelah (post) modern. Istilah ini muncul pertama
kali pada tahun 1930 pada bidang seni oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari
moderninsme. Kemudian pada bidang
Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada tahun 1947. Setelah
itu berkembanga dalam bidang-bidang lain dan mengusung kritik atas modernisme
pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.
Postmodernisme
dibedakan dengan postmodernitas, jika
postmodernisme lebih menunjuk pada konsep berpikir. Sedangkan postmodernitas
lebih menunjuk pada situasi dan tata sosial sosial produk teknologi informasi,
globalisasi, fragmentasi gaya hidup, konsumerisme
yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik, usangnya negara dan
bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Hal ini secara
singkat sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi,
spiritualitas) yang
dihilangkan oleh rasionalisme, strukturalisme
dan sekularisme.
Setidaknya
kita melihat dalam bidang kebudayaan yang diajukan Frederic Jameson, bahwa
postmodernisme bukan kritik satu bidang saja, namun semua bidang yang termasuk
dalam budaya. Ciri pemikiran di era postmodern ini adalah pluralitas berpikir
dihargai, setiap orang boleh berbicara dengan bebas sesuai pemikirannya.
Postmodernisme menolak arogansi dari setiap teori, sebab setiap teori punya
tolak pikir masing-masing dan hal itu berguna.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Postmodernisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar