BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah
proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal dan
intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya
agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses
penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan, memecahkan
problem malalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang kembali dengan cara
yang sama dan hasil sama.
Pengertian Penelitian
menurut Kerlinger (1986) adalah proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau
jawaban sementara. Beberapa karakteristik penelitian sengaja ditekankan oleh
kerlinger agar kegiatan penelitian memang berbeda dengan kegiatan profesional
lainnya. Penelitian berbeda dengan kegiatan yang menyangkut tugas-tugas
wartawan yang biasanya meliput dan melaporkan berita atas dasar fakta. Pekerjaan
mereka belum dikatakan penelitian, karena tidak dilengkapi karakteristik lain
yang mendukung agar dapat dikatakan hasil penelitian, yaitu karakteristik
mendasarkan pada teori yang ada dan relevan dan dilakukan secara intensif dan
dikontrol dalam pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian penelitian adalah sauah seseorang yang
dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya
observasi secara sistematis, dikontrol dan mendasarkan pada teori yang ada dan
diperkuat dengan gejala yang ada.
b.
Pengertian Sampel
Sampel ialah bagian dari populasi yang menjadi suatu objek penelitian.
Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut dengan “Statistik”.
Terdapat alasan pentingnya pengambilan sampel ialah sebagai berikut :
1.
Keterbatasan
waktu, tenaga dan biaya.
2.
Lebih cepat dan
lebih mudah.
3.
Memberikan
informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Sampel juga sebagian dari populasi, sebab sampel bagian dari populasi dan
sampel pasti mempunyai ciri-ciri seperti populasi. Suatu sampel merupakan
representasi yang baik bagi populasinya tergantung pada sejauhmana
karakteristik sampel tersebut sama dengan karakteristik populasinya. Sebab
analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan kesimpulannya
kemudian akan diterapkan pada populasi, sehingga sangatlah penting untuk
memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Untuk itulah diperlukan
pemahaman mengenai teknik pengambilan sampel yang tepat.
Dalam hubungan populasi dan sampel Prof. Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa
sampel ialah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu
penelitian, agar lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti dengan
istilah subyek dan objek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi
atau mencerminkan populasi secara maksimal tapi meskipun mewakili, sampel bukan
merupakan duplikasi dari populasi.
Pada umumnya masalah sampling timbul pada penelitian yang bermaksud sebagai
berikut :
Mereduksi obyek penyelidikannya, disebabkan oleh seringkali penyelidikan
tidak menyelidiki obyek, semua gejala, semua kejadian atau peristiwa melainkan
hanya sebagian saja dari obyek gejala atau kejadian yang dimaksudkan.
Menginginkan untuk mengadakan generalisasi dari hasil penyelidikannya.
Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan terhadap obyek-obyek
gejala atau kejadian yang lebih luas dari pada gejala atau kejadian yang
diselidiki. Bagi mahasiswa atau seorang yang baru mempelajari metodologi
penelitian ditingkat awal harus menyadari betul bahwa sampel tidak dapat
merupakan duplikasi populasi, sebab ia tidak diperbolehkan untuk berpretensi
bahwa suatu sampel jika telah ditetapkan dengan cara tertentu pasti sudah
menjadi suatu cermin yang sempurna bagi populasi, artinya ia tidak boleh
meyakini bahwa sampel tidak mengalami kesesatan meskipun pengambilannya sudah
menggunakan metode-metode statistik tertentu. Adapun pengertian sampel secara
garis besar terdapat beberapa pengertian sebagai berikut:
a) Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari
populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Artinya sampel ialah
sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
b)
Sampel ialah
sebagian individu yang diselidiki
c) Sampel ialah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
ingin diselidiki.
Jadi dari beberapa uraian di atas bahwa penelitian hanya dilakukan terhadap
sampel, tidak terhadap populasi, akan tetapi kesimpulan penelitian mengenal
sampel akan digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke
populasi akan membawa risika ketidak tepatan, sebab sampel tidak akan
mencerminkan keadaan populasi secara tepat. Semakin besar perbedaan sampel
dengan populasi maka semakin besar pula kemungkinan kesalahan dalam
generalisasinya. Banyak pertanyaan muncul mengingat hasil penelitian selalu
mempertanyakan apakah penggunaan sampel dapat dikatakan mewakili seluruh
populasi, padahal sampel hanya sebagian kecil dari keseluruhan populasi. Sebab
seseorang yang tidak memahami cara kerja metodologi penelitian dan statistika
cenderung tidak percaya. Sebagai akibatnya banyak pengambilan keputusan yang
ingin memuaskan ketidak percayaan tersebut dengan mengambil data dari seluruh
populasi. Meskipun seluruh populasi diterapkan sebagai responden, maka teknik
yang digunakan adalah sensus. Dengan teknik sensus maka akan membutuhkan biaya
yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang cukup lama. Sifat sensus yang
seperti diatas tidak peraktis untuk pengambilan keputusan yang bersifat
terbatas. Perhatikan kasus poling percalonan presiden dengan amerika serikat
yang menunjukkan hasil poling pendapatan umum. Rata-rata setiap pengambilan
sampel hanya terdiri dari 1000 orang yang respondennya menunjukkan hasil yang
sama dengan saat diadakan pemilihan umum (sensus). Kenyataan ini menunjukkan
bahwa faliditas sampel yang tepat prosedurnya dapat dipercaya dan hasilnya sama
dengan pendapat masyarakat pada umumnya. Uraian tersebut memperkuat argumen
yang diperlukannya sampel dalam penelitian, mengingat seorang peneliti tidak
mungkin menanyakan seluruh populasi sebagai responden. Dengan melihat kendala
biaya dan waktu penelitian yang tersedia mendorong para peneliti menggunakan
pendekatan sampel. Persoalannya ialah bagaimanan merumuskan kebijakansampel
yang memenuhi persyaratan agar sampel benar-benar mewakili keseluruhan anggota
populasi.
Adapun
sampel yang baik harus mengandung dua kreteria yaitu kecermatan (Accuraty)
dan ketepatan (Precision). Kedua criteria ini sangatlah penting sebagai
pertimbangan pengambilan sampel agar dapat mewakili keseluruhan populasi yang
ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan sampel dimaksudkan terhadap sesuatu
yang diambil oleh sampel tidak mengandung bias. Maksudnya, sampel tidak akan
memberikan reaksi yang terlalu berlebihan ataupun kurang. Jadi sampel dapat
mewakili populasi secara wajar. Reaksi yang berlebihan dapat timbul sebab
responden mempunyai kepentingan, sehingga memberikan tanggapan yang berlebihan.
Sebaiknya populasi yang disampaikan oleh responden menjadi sangat kurang sebab
responden takut atau tidak berminat. Kreteria ketepatan mengandung arti sampel
yang diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi. Sehingga aspek
ketepatan ini mengandung pengukuran standar yang dapat ditoleransi terhadap
kemungkinan kesalahan pengambilan sampel.
c.
Penentuan Sampel
Penentuan sampel sangatlah penting perannya dalam penelitian. Berbagai
penentuan sampel pada hakikatnya ialah untuk memperkecil kesalahan generalisasi
dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang
representative. Artinya sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Terdapat empat factor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya
sampel yang harus di ambil sehingga dapat di peroleh gambaran yang
representatif dari populasinya. Keempat factor ialah sebagai berikut :
1.
Tingkat
keseragaman (Degree Of Homegeneity) dari populasi. Sehingga Homogeny
populasi itu makin kecil sampel yang perlu diambil.
2.
Tingkat presisi
yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang
dikehendaki makin besar anggota sampel yang harus diambil. Semakin besar sampel
akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat.
3.
Rencana analisis
yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Terkadang besarnya sampel masih
belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan sampel yang
lebih besar.
4. Teknik penentuan sampel yang digunakan. Penentuan
ukuran sampel dipengaruhi oleh teknik penentuan sampel yang digunakan. Apabila
teknik yang digunakan tepat atau sesuati maka kerepresentatifan sampel juga
terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang
disediakan.
Akan tetapi harus diketahui bahwa dalam masalah sampel ada yang disebut : Biased
Sample : yaitu sampel yang tidak mewakili populasi, atau disebut juga
dengan “Sampel yang nyeleweng” sedang pengambilan sampel yang menghasilkan
sampel yang neleweng disebut : Biased Sampling. Biased Sampling ialah
pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi saja, tapi generalisasinya
dikenakan kepada seluruh populasi. Sebagai contoh misalnya : mengadakan
penelitian tentang penghasilan rata-rata orang Indonesia, hanya diambil sampel
yang kaya raya saja, ataupun hanya yang miskin saja. Dengan sendirinya akan
mengakibatkan adanya kesimpulan yang nyeleweng atau disebut Biased
Conclusion. Terdapat beberapa alasan tidak semua hal yang ingin dijelaskan
atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh
dikatakan hamper selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal yang
sebenarnya mau diteliti. jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak
terhadap populasi. Akan tetapi kesimpulan penelitian mengenai sampel akan
dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke
populasi mengandung risiko yang terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan, sebab
sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Semakin tidak
sama populasi dengan sampel maka semakin tidak besar kemungkinan kekeliruan
dalam generalisasi tersebut. Sebab hal itu teknik penentuan sampel menjadi
sangat penting perannya dalam sebuah penelitian. Beberapa penentuan penelitian
sampel itu pada hakikatnya ialah cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi
dari sampel ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sampel yang
representative, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.
Diantara berbagai penentuan sampel yang dianggap paling baik ialah penentuan
sampel secara rambang (Random Sampling). Kebaikan teknik ini
tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tapi juga pada bukti-bukti
empiris. Perkembangan teknologi computer telah memungkinkan orang melakukan
berbagai simulasi untuk membuktikan keunggulan teknik pengambilan sampel secara
rambang. Dalam penentuan sampel secara rambang semua anggota populasi. Secara
individual atau secara kolektif diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota
sampel. Alat untuk mengambil sampel secara rambang yang paling praktis (dan
dianggap paling valid juga) ialah dengan menggunakan table bilang rambang
apabila besarnya populasi terbesar, peluang rambang dapat diberikan kepada
anggota-anggota populasi secara individual. Akan tetapi apabila populasi
tersebut sangat besar, sebaiknya peluang rambangnya diberikan terhadap
anggota-anggota populasi secara kelompok, dan kalau perlu dilanjutkan dengan
rambang individual. Meskipun teknik pengambilan sampel secara rambang itu
merupakan teknik yang terbaik, tapi tidak selalu dapat dilaksanakan, sebab
berbagai alasan. Terkadang orang terpaksa puas dengna sampel rumpun (Cluster
Sampel), sebab rumpun-rumpun yang merupakan kelompok individu yang tersedia
sebagai unit dalam populasi. Penelitian mengenai murid sekolah biasanya tidak
dapat menggunakan teknik pengambilan sampel secara rambang, melainkan harus
secara rumpun. Sehingga mendapatkan peluang sama untuk menjadi sampel bukan
murid secara individual, melainkan sekolah (murid secara kelompok).
Sering kali terjadi sampel yang diambil dari rumpun yang telah ditentukan
atau tersedia. Hal yang sedemikian disebtu penetuan sampel secara bertingkat (Stratifed
Sampling). Apabila dari kelompok yang tersedia diambil sampel yang
sebanding dengan besarnya kelompok dan pengambilannya secara rambang, maka
teknik tersebut disebut pengambilan sampel secara rambang proporsional (Proportional
Random Sampling).
Seperti telah disebutkan tujuan berbagai teknik penentuan sampel itu ialah
untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya, atau secara
teknik disebut sampel yang paling representative. Dalam penelitian terhadap
sampel ciri represemtativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan,
melainkan halnya dapat didekati secara metodologis melalui parameter-paremeter
yang diketahui dan diakui baik secara teoritis meupun secara eksperimental.
Terdapat empat parameter yang biasa dianggap menentukan Representativeness suatu
sampel, yaitu :
a)
Variable lintas
populasi.
b)
Besar sampel.
c)
Teknik penentuan
sampel.
d) Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel.
Variabilitas populasi dari keempat parameter tersebut merupakan hal yang
sudah “Given” yaitu penelitian harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak
dapat mengatur atau memanipulasikannya. Ketiga parameter yang lain tidak
demikan halnya penelitian dapat mengatur atau memanipulasikannya untuk
meningkatkan taraf Representativeness sampel.
d.
Teknik Pengambilan Sampel
Pada dasarnya terdapat dua macam teknik pengambilan sampel, yaitu teknik Random
dan Non Random. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat keduanya
untuk melaksanakan penelitian sampling, sebagai berikut :
1)
Teknik Random
Sampling.
Teknik Random sampling
ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik
secara individual atau bekelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel
secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan
didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab
dipandang sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel
yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental
sampel yang diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan
prinsip ilmiah yang baik.
Dalam praktek produser Random
sampling meliputi :
a)
Cara undian
Pengambilan sampel secara
undian ialah seperti layaknya orang melaksanakan undian. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Membuat daftar
yang berisi semua subyek, obyek, peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki.
2.
Memberi kode
yang berupa angka-angka untuk semua yang akan diselidiki dalam nomor 1.
3.
Menulis kode
tersebut masing-masing pada selembar kertas kecil.
4.
Menggulung
setiap kertas kecil berkode tersebut.
5.
Memasukkan
gulungan-gulungan kertas tersebut dalam kaleng atau tempat sejenis.
6.
Mengocok
baik-baik kaleng tersebut.
7.
Mengambil satu
persatu gulungan tersebut sejumlah kebutuhan.
b)
Cara ordinal
Cara ini dilakukan dengan
memilih nomor-nomor genap, gasal, atau kelipatan tertentu. Langkahnya ialah :
Membuat daftar yang berisi semua subyek, obyek peristiwa atau kelompok yang
akan diselidiki lengkap dengan nomor urutnya. Mengambil nomor-nomor tertentu.
Misalnya nomor-nomor gasal semua atau genap semua atau nomor-nomor kelipatan.
c)
Cara radomisasi
dari table bilangan Random
Cara ini menentukan para
peneliti untuk memilih anggota sampel dengan langkah :
1.
Membuat daftar
nomor dan nama subyek.
2.
Membuat table
yang berisi nomor-nomor subyek.
3.
Menjatuhkan
pencil secara sembarang pada petak-petak tebal yang berisi nomor-nomor sampai
diperoleh sebanyak anggota sampai yang dibutuhkan.
2)
Teknik Non
Random Sampling
Teknik Non Random
sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi yang
tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel.
Penelitian pendidikan, psikologi, adakalanya menggunakan teknik ini, sebab
mempertimbangkan factor tertentu, misalnya umur, tingkat kedewasaan, tingkat
kecerdasan dan lainnya.
a)
Macam-macamnya
Semua teknik sampling yang
tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam jenis teknik
sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random sampling
ialah :
1.
Proportional
sampling
Teknik ini menghendaki cara
pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar
kecilnya sub populasi tersebut.
Cara ini dapat memberi
landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada apabila
tanpa memperhitungkan besar kecilna sub populasi dan setiap sub populasi.
2.
Stratified
sampling
Teknik ini biasa digunakan
apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat.
Penelitian pendidikan sering
menggunakan teknik ini, misalnya apabila meneliti tingkat-tingkat pendidikan
tingkat kelas.
Langkah-langkahnya ialah :
a)
Mencatat
banyaknya tingkatan yang ada dalam populasi
b)
Menentukan
jumlah tingkatan pada sampel berdasarkan proporsional sampling
c)
Memilih anggota
sampel dari masing-masing tingkatan pada (a) dengan teknik Proporsional atau
Proporsional Random Sampling.
3.
Purposive
sampling
Teknik ini berdasarkan pada
ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut era
dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam
populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.
4.
Quota
sampling
Teknik ini menghendaki
pengambilan sampel dengan mendasarkan diri pada Quotum (di Indonesia = kotum).
Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek yang akan diselidiki.
Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel.
Ciri pokok dalam quota
sampling ialah abahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi.
Kelemahan utama teknik ini ialah para petugas pengambil sampel kurang terawasi
apakah kriteria-kriteria dalam populasi sudah tercermin dalam sampel, sebabnya
teknik ini kurang disukai.
5.
Double
sampling
Teknik doubel
sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu
sampel yang diperoleh secara angket (terutama angket yang diperoleh melalui
pos). Dari cara itulah terdapat angket yang kembali dan tidak kembali.
Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali
dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini berfungsi menceksampling
pertama (yang angketnya kembali).
6.
Area
probabilitu sampling
Teknik ini menghendaki cara
pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang
ada pada populasi. Yaitu daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi
beberapa daerah yang lebih kecil.
7.
Cluster
sampling
Teknik ini menghendaki
adanya kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada
pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian tersebut
dicerminkan dalam sampel. Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian
seseorang boleh menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam
menentukan obyeknya digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area
probability – random sampling.
e.
Pengaplikasian Random Sampling dan Randon Non
Sampling
1. Membuat table bilangan Random.
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
2. Pensil jatuh pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9
nomor-nomor itulah yang dijadikan sampel.
Terbatas dari terbatas atau
tidaknya populasi, maka Random sampling dibedakan menjadi Random
sampling tak terbatas, yaitu populasinya yang sudah terdaftar secara
keseluruhan tanpa pilih-pilih berkesempatan menjadi angota sampel, tanpa
menggunakan syarat tertentu. Oleh sebab itu disebut dengan Random sampling
tidak bersyarat. Sedangkan yang lain disebut Random sampling terbatas
atau Random sampling bersyarat. Yaitu pengambilan sampel yang bukan dari
seluruh daerah atau cluster populasi.
3.
Contoh proposal
random sampling ialah Penelitian mengambil 50 (lima puluh) anak pandai dan
50 (lima puluh) anak bodoh dengan mendasarkan pada tingkat IQ mereka, maka
perbandingan kedua kelompok tersebtu disertai dengan teknik Random,
adakalanya tidak. Apabila teknik proporsional sampling disertai Random maka
disebut proporsional Random sampling.
4.
Contoh Stratifiet Sampling ialah Penelitian untuk mengetahui prestasi belajar
rata-rata suatu SMP, maka sampelnya ialah murid kelas 1 kelas 2 dan kelas 3.
5.
Contoh purposive
sampling ialah Penelitian mengenai pendapat masyarakat untuk pengembangan
pendidikan luar biasa (PLB) atau yang sekarang juga diberi istilah pendidikan
khusus. Mengambil sampel subyek masyarakat tersebut memiliki ciri yang berbeda.
Sampel yang diperoleh dengan teknik ini desebut Purposive sampel.
6.
Contoh double sampling Pengambilan sampel pada Cross Validitas sampel
pertama menggunakan jumlah anggota yang lebih besar dan pada sampel kedua yang
berfungsi sebagai alat control. Sampel yang diperoleh dengan teknik ini disebut
kembar (Double sampel).
7.
Contoh area
probability sampling ialah Meneliti masyarakat kota solo mengambil sampel
daerah pinggiran kota dan daerah tengah kota. Untuk mewakili daerah tengah kota
misalnya daerah kelurahan, keprobon, kauman, dan lainnya. Untuk mewakili daerah
pinggiran kota misalnya daerah kelurahan, kadipiro, kauman dan lainnya.
8. Contoh cluster sampling Pengambilan sampel untuk
meneliti mesyarakat solo misalnya, maka masyarakat solo dikelompokkan :
pegawai, kariawan, pedagang, petani, dan lainnya. Demikian telah dijelaskan
macam-macam teknik sampling dari penjelasan singkat tersebut diharapkan
peneliti dapat memilih teknik yang sesuai.
f. Petunjuk – Petunjuk untuk mengambil
sampel
1.
Daerah generalisasi
Yang penting di sini adalah menentukan terlebih
dahulu luas populasinya sebagi daerah generalisasi, selanjutnya setelah itu
barulah sampelnya sebagai daerah penelitiannya.
2.
Penegasan sifat-sifat populasi dan
ketegasan batas-batasnya
Bila luas populernya telah ditetapkan, haruslah
segera diikuti penegasan tentang sifat-sifat populasinya. Penegasan ini adalah
sangat penting, bila menginginkan adanya validitas dan reliabilitas bagi
penelitiannya. Oleh sebab itu hatusnya ditentukan terlebih dahulu luas dan
sifat-sifat populasinya, dan memberrikan batas-batas yang tegas, barulah
kemudian menentapkan sampelnya.
3.
Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasi secara
terperinci dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber informasi tentang
populasi tersebut. Misalnya : sensus penduduk, dokumen-dokumen yangn disusun
oleh instansi – instansi dan organisasi-organisasi.
4.
Besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus
diambil untuk sebuah penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti. Winarno
Surachmad dalam “Dasar dan Teknik Research Pengatar metodologi Ilmiah”,
memberikan pedoman sebgai berikut “Apabila populasi cukup homogen (serba sama),
terhadap populasi di bawah 100 dapt dipergunakan sampel sebesar 50%, diatas
1.000 sebesar 15%. Memang seyogiyanya jumlah sampel itu harus lebih banyak
daripada sedikit/kurang. (Over sampling is always better than under
sampling).
5.
Menentapkan teknik sampling
Harus disadari bersama bahwa didalam masalh sampel
ada yanng disebut: biased Sampel : yaitu sampel yang tidak mewakili populasi
atau disebut juga dengan “sampel yang menyeleweng” sedang pengambilan sampel
yang menghasilkan yang menyeleweng disebut : Biased Sampling. Biased Sampling
adalah pengambilan sampel yagn tidak dari seluruh populasi, tetapi hanya dari
salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan kepada
seluruh populasi.
g. Hal-hal yang perlu mendapatkan
Perhatian dalam Penarikan sampel
Pengambilan sampel
dalam penelitian sangat bergantung pada populasinya, terbatasya waktu dan
tenaga. Adanya 4 faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya
sampel dalam penelitian :
1)
Derajat keseragaman (degree of
homogeneity) dari populasi. Makin seregaman populasi itu, makin kecil sampel
yang dapat diambil. Apabila populasi seragam sempurna (completely homogeneous),
maka satu satuan elemen saja dari sepuluh populasi itu sudah cukup
representative untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak
sempurna (completely heterogeous), maka hanya elemen lengkaplah yang dapat
memberikan gambaran representative.
2)
Presisi (Precision) yang dikehendaki
dari peneliti. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar
sampel yang harus diambil.
3)
Rencana Analisa. Adakalanya besarnya
sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau
dikaitkan dengan kebutuhan analisa, maka jumlah sampel tersebut kurang
mencukupi.
4) Tenaga,
biaya dan waktu. Kalau mengingat presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus
besar, tetapi terbatasnya dana, tenaga dan waktu, maka tidak mungkin untuk
mengambil sampel yang besar dan ini berarti presisi akan menurun.
Pada dasarnya
sampel dalam penelitian akan memberikan keuntungan bagi peneliti dalam
pencarian data yang detail dengan analisa sasaran dapat tercapai, terutama
dapat lebih menfokuskan pada objek yang lebih kecil/sempit dan dengan harapan
mewakili keadaan yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar